Tuesday, May 05, 2009

IQRA' : Spirit para pembelajar


IQRA’, bacalah…!. Ayat pertama yang diturunkan Allah ini memiliki nilai keutamaan yang tinggi dan membaca merupakan cara pertama dalam proses mendapatkan pengetahuan. Perintah membaca ini dimaksudkan dalam arti luas dan tidak direduksi sekedar membaca rangkaian kata pada sebuah buku atau artikel. Seluruh alam semesta dan seisinya –termasuk makhluk hidup, adalah obyek dari ‘membaca’ yang dimaksud pada ayat ini. Pada kegiatan membaca yang benar, kita juga diminta untuk merenung, berpikir, membandingkan, menganalisa dan membuat kesimpulan dari apa yang kita baca.

Seseorang yang mampu membaca fenomena alam kemudian ia merenung, berpikir, menganalisa dan membuat kesimpulan maka dari dirinya kemungkinan akan terlahir teori-teori dari ilmu pasti atau eksakta. Begitu pula seseorang yang mampu ‘membaca’ sifat dan karakter orang lainnya –harapan dan keinginannya, maka mungkin akan terlahir teori-teori baru dari ilmu-ilmu sosial dan ekonomi. Istilah-istilah seperti “pandai membaca pasar”, “jeli menangkap peluang”, “pintar memahami perasaan orang lain”, sering kita berikan bagi seseorang yang mampu melakukan kegiatan membaca -dalam arti luas ini, secara baik dan benar.

Kegiatan ‘membaca’ ini bersifat universal dan dapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan oleh penjahat sekalipun. Allah Yang Maha Adil dan Maha Pemurah tentu tetap akan memberikan hasil terhadap apa-apa yang dipelajarinya. Pengetahuan berupa kefahaman terhadap kelemahan dan kelengahan calon-calon korbannya. Atau celah-celah untuk berbuat korupsi dan kecurangan lainnya di tempat kerjanya. Lalu pertanyaannya, apa kegiatan ‘membaca’ seperti ini yang dimaksudkan pada ayat IQRA’ di atas ?. Sudah pasti bukan.

Kegiatan ‘membaca’ ini harus bertujuan untuk menimbulkan dan sekaligus menguatkan sebuah kesadaran bahwa segala sesuatu diciptakan dan juga dipelihara oleh Allah dengan segala kebijaksanaan-Nya yang penuh dengan kesempurnaan. Kesadaran ini juga berimplikasi pada kesadaran lain bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah dengan disain yang sangat sempurna dan tanpa cacat ini mestilah tentu ada maksud dan tugasnya, termasuk manusia. Maksud penciptaan manusia di dunia adalah sebagai ujian dari Allah bagi dirinya, untuk menjalankan tugas sebagai wakil Allah (Khalifatullah), yaitu untuk mengimplementasikan seluruh potensi dirinya berupa fitrah yang berasal dari percikan sifat-sifat Allah yang tercermin dalam Asmaul Husna.